Diserang Penyakit Aneh, Wanita Muda Lumpuh Total

Awalnya, Catur Wulandari (25) hanya merasa pengelihatannya kabur. Untuk melihat obyek di hadapanya, warga Dusun Sambirejo, Desa/Kecamatan Trenggalek, Jawa Timur ini sampai memicingkan mata.

Jika tidak, dia terpaksa mendekatkan diri kepada obyek yang diinginkan. Namun lama-kelamaan kakinya juga sulit digerakkan. Jalannya mulai tertatih-tatih. Namun dia terus memaksakan diri melawan keterbatasan yang menyerangnya.

Di saat yang sama, bobot tubuhnya terus menurun. Catur lumpuh total. Sekujur raganya tidak bisa digerakkan. Bahkan, ketika terlambat mengkonsumsi obat, mulut anak pasangan suami istri Saijo (62) dan Untari (57) ini sampai kaku.

“Saat ini berat tubuhnya tinggal 29 kilogram. Idealnya 50 kilogram mengingat tinggi tubuhnya 170 sentimeter,” terang Saijo, Jumat (21/1/2011).

Catur kini hanya bisa terbujur lemah di Ruang Seruni RSUD dr Soedomo Kabupaten Trenggalek. Dia dirawat sejak Senin 17 Januari lalu. Sebelumnya Catur sempat dirawat selama 15 hari di rumah sakit yang sama. “Karena tidak ada biaya, akhirnya kami memutuskan membawanya pulang,“ tutur Saijo.

Berdasarkan keterangan medis, Catur mengidap myastenia gravis. Penyakit yang disebabkan virus ini menyerang antara syaraf dan otot manusia. Sejak tahun 2007 Catur mengalami kelumpuhan. Seluruh masa depan sebagai mahasiswi semester enam di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berakhir sudah.

Untuk makan, Catur bergantung pada asupan yang berasal dari tahu mentah yang dihaluskan. Proses menelan makanan ini pun tidak mudah. Sebab syaraf telanya selalu merasakan nyeri dan pedih setiap menelan makanan. Kendati demikian, Catur masih bisa berkata-kata meski suara yang dikeluarkannya lirih.

“Sebelum dirawat di rumah sakit air rebusan beras (tajin) dan air putih menjadi minumnya,“ papar Saijo.

Menurut keterangan ahli syaraf dr Gatot Subroto, myastenia gravis merupakan kategori penyakit langka. Penyakit ini biasanya menyerang satu di antara 100.000 orang. Sebagian besar penderita adalah kaum perempuan.

“Dalam kasus yang terjadi, seringkali kaum wanita yang terserang. Namun bukan berarti kaum laki-laki tidak bisa terserang,” terang Gatot.

Secara medis, myastenia gravis melumpuhkan neuromuscular yang berfungsi menghasilkan acethylcholin atau zat yang menggerakan otot. Akibat serangan itu tubuh pasien tak bisa digerakkan. Untuk mengatasinya, pasien harus mengkonsumsi obat mestinon seumur hidup. “Obat ini tergolong mahal karena harganya Rp6.000 per butir,” sebutnya.

Gejala awal (stadium satu) myastenia gravis, salah satu kelopak mata susah digerakkan. Pada stadium dua sepasang kelopak mata, sama-sama tidak bisa digerakkan. Otot mulai diserang dan korban mulai mengalami lumpuh total. “Ini terjadi pada stadium tiga dan empat,” sambungnya.

Yang perlu diantisipasi pada serangan stadium empat seperti yang terjadi pada pasien Catur, jangan sampai otot pernafasan terserang. Sebab serangan tersebut bisa mengakibatkan gagal nafas yang berujung pada kematian.

“Rekam medik pasien Catur pernah mengalami gagal nafas. Untung masih bisa terselamatkan,” imbuhnya.

Saat ini yang dilakukan petugas medis adalah meningkatkan gizi pasien. Sebab, pengidap myastenia gravis memiliki metabolisme tinggi di mana makanan cepat terbakar dan tidak sempat tersimpan dalam tubuh. “Setelah berat tubuhnya ideal, baru dilanjutkan terapi syaraf dan otot,” ujarnya.
____
Arsip Media
Ditulis oleh Solichan Arif - Okezone